Lompat ke konten

Panduan Format Swiss di Olahraga Modern: Dari Liga Champions ke TI & Worlds, dan Apa Artinya buat Analisis

Raja Hoki mainnya di 365raja.id — Blog & Panduan

Beberapa turnamen besar kini meninggalkan fase grup klasik dan beralih ke format Swiss—cara menyaring peserta dengan pasangan lawan berdasarkan hasil terkini (menang ketemu menang, kalah ketemu kalah), hingga tercapai ambang lolos atau gugur. Sepak bola memakainya di Liga Champions lewat fase liga 36 tim; esports menggunakannya di Dota 2 – The International (TI) dan League of Legends – Worlds. Buat penonton dan analis, memahami Swiss membantu membaca nilai pertandingan, tiebreak, dan jalur menuju fase gugur.

Inti Format Swiss—tanpa bahasa teknis

Bayangkan turnamen dengan banyak peserta, tapi waktu terbatas. Alih-alih semua pihak saling bertemu (seperti round-robin), Swiss mempertandingkan ronde demi ronde; setiap ronde berikutnya mempertemukan tim dengan rekor mirip. Hasilnya:

  • Tim dengan performa mirip saling bertemu, sehingga kadar persaingannya terasa seimbang.
  • Setelah beberapa ronde, ada tim yang mencapai ambang menang (lolos) dan ada yang mencapai ambang kalah (gugur).
  • Penentuan peringkat akhir (untuk undian gugur) biasanya melihat rekor plus tiebreak yang sudah ditetapkan panitia.

Kelebihan Swiss: efisien, tetap memberi banyak kesempatan bertanding, dan lebih adil bagi peserta yang start-nya kurang bagus (masih bisa memulihkan rekor). Kekurangannya: kualitas jadwal bisa berbeda antar tim (tergantung siapa yang dihadapi di tiap ronde), sehingga strength of schedule penting untuk dianalisis.

Penerapan di Liga Champions (fase liga 36 tim)

Mulai era baru, Liga Champions mengganti format grup tradisional menjadi fase liga: 36 klub ditaruh dalam satu tabel, masing-masing memainkan 8 laga (4 kandang + 4 tandang) melawan 8 lawan berbeda yang diundi dari 4 pot koefisien. Setelah 8 matchday:

  • Peringkat 1–8 langsung ke 16 besar.
  • Peringkat 9–24 masuk play-off dua leg untuk memperebutkan 8 tiket tersisa ke 16 besar.
  • Peringkat 25–36 tersingkir dari Eropa musim itu.

Karena tidak semua tim saling bertemu, tiebreak mengutamakan selisih gol, lalu gol memasukkan, gol tandang, jumlah menang, menang tandang, hingga indikator kolektif lawan, disiplin kartu, dan koefisien. Buat pembaca/analisis, implikasinya jelas: mengejar selisih gol dan nilai gol tandang di fase liga benar-benar memengaruhi posisi akhir—sekalipun tiket “aman”, peringkat menentukan jalur undian dan peluang lebih ringan di fase berikutnya.

Penerapan di Esports—TI dan Worlds

Dota 2 – The International 2025 memakai Swiss Stage sebagai “Road to TI” untuk menyaring peserta menuju Main Event. Tim bertanding berdasar rekor (1–0 vs 1–0, 0–1 vs 0–1, dan seterusnya) sampai mencapai ambang menang/gagal sesuai panduan musim—baru kemudian masuk double-elimination di panggung utama. Swiss di sini menuntut adaptasi patch dan kedalaman pool hero; start buruk memaksa tim “bermain rapih” tanpa ruang salah.

LoL Worlds 2025 juga memadukan Play-In → Swiss → Knockout. Setelah lolos dari Play-In, tim masuk Swiss (rekor dipasangkan per ronde), lalu Knockout di seri panjang. Musim ini digelar multi-kota di China: Beijing (Play-In & Swiss), Shanghai (Perempat & Semifinal), Chengdu (Final). Bagi penonton/analisis, selain baca meta dan jadwal, logistik perjalanan antarkota ikut memengaruhi performa (latihan on-stage, adaptasi, stamina).

Dampak Swiss ke cara kita membaca pertandingan

a) Nilai setiap gol/objektif meningkat
Di UCL, tiebreak fase liga menempatkan selisih gol dan gol memasukkan/tandang sangat tinggi. Hal serupa terjadi di esports: objektif makro (Roshan, dragon/herald) yang mengubah tempo punya nilai strategis jangka panjang dalam Swiss, karena satu ronde buruk bisa “menarik” lawan lebih berat di ronde berikutnya.

b) Strength of Schedule (SOS) itu penting
Dalam Swiss, tim dengan poin sama bisa punya daftar lawan yang kualitasnya tidak sama. Untuk menilai “kekuatan sebenarnya”, jangan hanya lihat poin—lihat juga siapa yang sudah mereka lawan dan bagaimana mereka menang/kalah (durasi, kontrol objektif, margin skor).

c) Start cepat memberi ruang eksperimen
Start 2–0 di Swiss sering membuat tim bisa menguji variasi strategi pada ronde tengah, sementara start 0–2 memaksa “mode efisien” tanpa salah. Ini memengaruhi pembacaan momentum dan kemungkinan kejutan di ronde 3–4.

d) Jalur ke fase gugur lebih dinamis
Di UCL, peringkat 1–8 menghindari play-off dua leg. Di TI/Worlds, Swiss menentukan siapa melawan siapa di Knockout dan—karena kebanyakan seri panjang—adaptasi (ban/pick, draft ulang, side selection) menjadi penentu.

Checklist analisis praktis (bisa dipakai lintas cabang)

  • Poin + tiebreak spesifik: di UCL, pantau selisih gol/gol tandang; di esports, lihat rate objektif (Roshan, dragon/herald, tower) dan durasi game.
  • Daftar lawan yang sudah dihadapi: catat peringkat dan form lawan lawas; ini memberi konteks pada poin tim.
  • Kedalaman skuad/roster: jadwal Swiss sering padat—rotasi (bola) dan stamina/latihan (esports) berpengaruh.
  • Patch/cedera/rotasi: minor nerf/buff atau pemain kunci pulih bisa menggeser performa dalam 1–2 ronde.
  • Motivasi peringkat: kejar peringkat tinggi (hindari play-off / lawan berat) vs sekadar “aman lolos” menimbulkan strategi berbeda (menekan selisih gol vs menghemat energi).

FAQ mini

Apa bedanya Swiss dengan grup?
Di grup, semua tim saling bertemu dalam satu poule kecil. Di Swiss, lawan dipasangkan berdasar hasil antar ronde, jadi jadwal tiap tim unik.

Kenapa tiebreak UCL tidak pakai head-to-head duluan?
Karena tidak semua tim bertemu langsung di fase liga; maka kriteria agregat (selisih gol, gol memasukkan/tandang) dipakai duluan.

Apakah Swiss mengurangi faktor “keberuntungan”?
Swiss menambah jumlah laga dan mempertemukan tim selevel performa, tetapi tetap ada varians. Seri panjang di Knockout (Bo5) di esports membantu menetralisir kebetulan.

Apa yang paling sering keliru dibaca penonton?
Menyamakan poin sebagai kekuatan tanpa melihat kualitas lawan. Di Swiss, SOS dan tiebreak sering menjadi pembeda sebenarnya.


Catatan tanggung jawab 365RAJA

Pembahasan format Swiss—dari fase liga UCL hingga Swiss stage di TI/Worlds—ditujukan untuk edukasi & referensi analisis, bukan jaminan hasil. Tetapkan batas waktu & dana, dan ambil keputusan dengan kepala dingin; ringkasan pedoman ada di 365RAJA.

Terakhir diperbarui: 16 September 2025


Sumber & Referensi

  • UEFA — New format for Champions League post-2024 (36 tim, 8 pertandingan, empat pot undian). UEFA.com
  • UEFA Regulations 2025/26 — Article 18: Equality of points – league phase (urutan tiebreak: selisih gol → gol memasukkan → gol tandang → menang → menang tandang → indikator kolektif → disiplin → koefisien). documents.uefa.com
  • Reuters — Ringkasan format baru UCL: 1–8 langsung 16 besar; 9–24 play-off; 25–36 tersingkir. Reuters
  • ESPN — Pengingat cara kerja format baru UCL (kalender & mekanisme umum). ESPN.com
  • Valve (Dota2.com) — The International 2025: Schedule & Format (jadwal Hamburg & struktur acara). dota2.com
  • Liquipedia — Rincian Swiss “Road to TI 2025” (16 tim, pairing & ambang). (Gunakan sebagai ringkasan yang dilengkapi verifikasi ke sumber resmi.) Liquipedia
  • LoL Esports (Riot Games) — Worlds 2025 Heads to China / Ticket Sales (tanggal 14 Okt–9 Nov, pembagian kota & tahapan Play-In → Swiss → Knockout). LoL Esports+1
  • Wikipedia — Swiss-system tournament (definisi umum dan prinsip pairing/keunggulan–keterbatasan). (Tambahkan konteks dari sumber primer saat menulis analisis.) Wikipedia

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Exit mobile version